Seni Budaya

SENI TARI



Seni Tari merupakan cabang seni yang menggunakan tubuhnya sebagai media. Gerak merupakan elemen pokok dalam tari yang terdapat unsur ruang, waktu dan tenaga. Perlu kalian ketahui bahwa gerak tari memiliki bentuk yang beraneka ragam. Setiap tarian memiliki ciri khas atau keunikan geraknya masing-masing. Sehingga gerak tari tidak hanya terpaku pada gerak tari baku melainkan gerak.
Tari dapat dikembangkan menjadi gerak tari kreasi. Gerak dapat diperoleh melalui eksplorasi atau penjelajahan. Eksplorasi gerak dillakukan dengan cara proses berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon suatu objek yang diperoleh melalui panca indera. Objek ini bentuknya bisa berupa benda, alam, suara dan rasa.
Tari Betawi dikelompokkan menjadi dua jenis tari yaitu bentuk tari Topeng dan tari Cokek. Ragam gerak dasar pada tari Betawi terdiri dari Gibang, selancar, rapat nindak, kewer, pakblang, goyang plastik dan gonjingan. Dari ragam gerak dasar tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi gerak yang lebih ritmis dengan ruang gerak yang lebih luas.
Ragam gerak dasar pada tari dayak yang berasal dari Kalimantan memiliki gerak terbang, duduk, memutar gong dan merendah. Dengan properti tari dipegang ditangan dan terbuat dari bulu-bulu ekor burung Enggang.
Seorang penari yang menari di atas Gendang menjadi ciri khas dari tari Pa’gellu dari Toraja (Sulawesi Selatan). Ragam gerak dasar tari Pa’gellu dari yaitu gerak Pa’gellu, Pa’tabe, Pa’gellu Tua, Pang’rapa Pentalun, Panggirik Tangtaru, Pa’tutu. Tari pa’gellu di pertunjukkan di setiap upacara/ritual
Gerak pada tarian daerah Jawa biasanya tertuju pada gerak yang bertumbuh dan berkembang di keraton atau istana. Gerak – gerak yang berkembang di keraton memiliki aturan aturan tersendiri dalam melakukannya. Setiap gerak memiliki makna dan filosofi tersendiri. Gerak dasar pada tari Jawa terdapat srisig, sabetan, hoyog, lumaksana, kengser, seblak sampur, ulap-ulap. Geraknya yang lembut menjadi ciri khas gerak tari Jawa. Tari Jaipong dari Jawa Barat yang berkembang dikalangan masyarakat atau rakyat memiliki gerak dasar yaitu adeg-adeg, cindek, tumpang tali, keupat tumpang siku, incid diding.
Gerak yang baku dan dikembangkan menjadi gerak kreasi baru diperoleh dari hasil eksplorasi gerak yang dilakukan oleh penari dengan rangsangan imajinasi dan terjadilah respon gerak yang spontan lalu diolah menjadi gerak yang indah.

Fungsi Tari

Berdasarkan fungsinya tari-tarian di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
a.    tari sebagai sarana upacara
b.    tari sebagai sarana hiburan
c.    tari sebagai sarana pertunjukan atau tontonan
d.   tari sebagai media pendidikan

Nilai Estetis Tari

Estetis sering dikatakan estetika dan diartikan hanya sebatas indah atau keindahan dan dari keindahan akan muncul suatu nilai seni. Nilai estetis pada gerak tari merupakan kemampuan dari gerak tersebut untuk menimbulkan suatu pengalaman estetis. Pengalaman estetika dari seorang penari dalam melakukan gerak harus dilihat pula dalam kualiatas gerak yang dilakukannya. Setiap gerak tarian pasti memiliki nilai estetis tersendiri yang dapat diuraikan dan dijelaskan secara cermat.
Hal yang perlu dipahami dalam mengamati karya tari adalah adanya faktor subjektif dan objektif. Benda itu sangat estetis karena adanya sifat yang melekat pada benda dan tidak terkait dengan orang yang mengamati. Selain itu juga dikatakan bahwa munculnya estetis itu karena adanya tanggapan perasaan dari pengamat. Jadi, estetis itu ada karena proses hubungan antara benda (karya tari) dan alam pikiran orang yang mengamati.
Masing-masing gerak setiap daerah memiliki keunikannya tersendiri yang tidak bisa terlepas dari pengaruh kebudayaan yang ada pada daerah itu sendiri. Genre dalam suatu daerah juga memiliki pengaruh besar dalam menilai nilai estetis suatu gerak tari. Jenis tari berdasarkan penyajiannya terbagi menjadi dua yaitu tari tradisional dan kreasi baru. Tari tradisional terbagi lagi menjadi tiga yaitu tari primitif, tari rakyat dan tari klasik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Indonesia

Olahraga